Google Lens | cover: wanita.day |
Baru-baru ini, Google, salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, telah mengembangkan sistem deteksi penyakit kulit yang menggunakan kecerdasan buatan yang disematkan di aplikasi Google Lens.
Direktur Senior, Manajemen Produk Google, Lou Wang mengutarakan untuk menggambarkan tahi lalat atau ruam yang aneh pada kulit mungkin sulit dilakukan dengan kata-kata saja.
"Menggambarkan tahi lalat atau ruam yang aneh pada kulit Anda mungkin sulit dilakukan dengan kata-kata saja. Untungnya, ada cara baru yang dapat membantu Lens, dengan kemampuan untuk mencari kondisi kulit yang secara visual mirip dengan yang Anda lihat pada kulit Anda," ungkap Lou Wang di laman resmi Google.
Lanjutnya, fitur ini hanya mengunggah foto melalui Lens, dan pengguna akan menemukan kecocokan visual untuk menginformasikan pencarian.
Fitur ini juga berfungsi jika pengguna tidak yakin bagaimana menggambarkan sesuatu yang lain di tubuh.
"Ambil saja gambar atau unggah foto melalui Lens, dan Anda akan menemukan kecocokan visual untuk menginformasikan pencarian Anda. Fitur ini juga berfungsi jika Anda tidak yakin bagaimana menggambarkan sesuatu yang lain di tubuh Anda, seperti benjolan di bibir, garis di kuku, atau rambut rontok di kepala," jelasnya.
Pengembangan teknologi deteksi penyakit kulit berbasis AI oleh Google merupakan langkah awal dalam upaya meningkatkan kualitas diagnosis medis di bidang dermatologi.
Sistem ini didesain untuk mengenali berbagai macam penyakit kulit, mulai dari kondisi umum seperti jerawat hingga penyakit yang lebih serius seperti kanker kulit
Dengan memanfaatkan ribuan gambar kulit yang terdokumentasi dengan baik, sistem AI Google mampu mempelajari pola dan karakteristik penyakit kulit sehingga dapat memberikan diagnosis yang lebih akurat dan cepat.
Namun dari penelusuran dan ujicoba wanita.day untuk fitur Google Lens ini belum tersedia di Indonesia, fitur ini hanya tersedia di Amerika Serikat (AS).